Sabtu, April 19, 2025

Jarak dan Pendidikan

Oleh: Muhammad Hisan

Jauh tidaknya tempat ngopimu, mempengaruhi cara berpikirmu”, anekdot ini seringkali kita dengar di obrolan-obrolan santai warung kopi, kelompok-kelompok diskusi para aktivis NGO/LSM, mahasiswa dan kelompok-kelompok kritis lainnya. Biasanya orang yang berpikir sempit, picik dan menghakimi (justifikasi) di identikkan dengan orang yang kurang ngopi atau ngopinya kurang jauh. “tempat ngopimu kurang jauh bro”, begitulah kalimat sindirian yang terucap pada orang yang memiliki sikap “gagap” dalam merespon dinamika perubahan sosial (social exchange).

Jika kita refleksikan, apa ada signifikansi jauhnya tempat ngopi dengan keluasan pikiran?.  Tentu ada. Pepatah mengatakan “lain ladang lain belalang”, lain daerah, lain adat, lain kebiasaan, lain budaya (culture) dan ketika kita banyak berinteraksi, bertukar pikiran, berdiskusi dengan orang yang memiliki perbedaan pemikiran, perbedaan pengetahun (knowledge), maka bisa dipastikan kita akan kaya dengan pemikiran, kaya dengan kearifan, akhir dari semuanya ketika kita mampu mengkonstruk dalam pikiran dan sikap diri, maka akan membentuk pribadi yang matang secara intelektual, matang secara emosional dan matang secara spiritual. Tidak hitam putih melihat dan menyikapi fenomena sosial terlebih ketika merancang masa depan Pendidikan anak bangsa. Meminjam bahasa Prof. Masykuri dalam pengembangan UNISMA saat menjadi Rektor, melakukan tindakan out of the book, keluar dari pakem formalism untuk mencapai tujuan dan milestone perencanaan pengembangan.

Kalau agak sedikit nakal berpikir, bukankah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinatul Munawarh selain memang perintah ilahiyah, juga memiliki misi untuk mematangkan sisi kemanusiaan (basyariah) Nabi Muhammad SAW. Kecerdasan emosional, kematangan empati, kearifan dalam memimpin dan lain sebagainya adalah sisi lain yang ingin diproteksi pada pribadi Nabi Muhammad dengan media berhijrah. Kita juga bisa menarik pelajaran dari mitologi cerita-cerita rakyat tentang kebiasaan mengembara para pangeran, putra mahkota kerajaan tempo dulu sebelum dinobatkan menjadi raja agung dikerajaannya. Para pangeran diperintah untuk mengembara keluar istana dengan tanpa pengawal kerajaan, tanpa menggunakan atribut kerajaan dan bergaul di tengah-tengah rakyat jelata dalam waktu yang ditentukan tergantung dari wahyu kedudukan yang ingin ditempati. Angling Kusuma misalnya, putra mahkota kerajaan Malwapati, putra Sri Paduka Angling Dharma dalam cerita-cerita fiksi yang disiarkan televisi, sebelum penobatan sebagai pengganti Angling Dharma di Kerajaan Malwapati, beberapa kali diperintahkan turun gelanggang, ngasah rasa (roso; jawa) ditengah-tengah kehidupan masyarakatnya.

Pun, secara teori, peran lingkungan dalam membentuk kepribadian dan karakter individu, diamini. Teori Behaviorisme, Psikologi Modern, mengatakan lingkungan (environment) sangat berpengaruh sekali bagi terbentuknya karakter, sikap dan kepribadian individu. Lebih jauh, baik buruknya seseorang tergantung dari lingkungan bergaulnya. Kalau biasa bersahabat, berkawan dengan penjual parfum tidak menutup kemungkinan akan kecipratan wangi harumnya, begitu juga sebaliknya bila bergaul dengan individu yang memiliki perilaku negative, maka sedikit banyak akan berpengaruh.

Rombongan IAIM Lumajang menghadiri Majlis Anugerah Apresiasi Rektor UiTM Cawangan Negeri Sembilan

Dalam konteks diatas, Institut Agama Islam Miftahul Ulum -IAIM Lumajang memperluas jaringan sahabat ngopi, kawan ngopi, bisa dikatakan IAIM Lumajang start ngopi dengan antar bangsa, IAIM Lumajang dengan UiTM Cawangan Negeri Sembilan Malaysia. Dari kemitraan yang terjalin antara IAIM Lumajang dan UiTM, IAIM Lumajang diajak menjalin Kerjasama dengan University Islam Melaka (MELAKA) dan University Islam Science Malaysia (USIM).

Bagi IAIM Lumajang, UiTM Cawangan Negeri Sembilan khususnya dan umumnya UiTM di semua cawangan adalah teman dan mitra strategis untuk berkonstribusi pada kemajuan peradaban umat manusia melalui penguatan dan pengembangan khidmah dijalur pendidikan. Kultur akademiknya baik ditingkat dosen, mahasiswa maupun ketenagaannya sudah diakui dunia Pendidikan tingkat dunia.

Tentu kesempatan ini, sejak awal ditakdir dan ta’aruf dengan UiTM pada 2023 yang lalu membuat saya dan rombongan – Farhanuddin Sholeh, M.Pd,I., Imam Zarkasi, MM., Dr. H. Zainuddin, M.Pd,I., dan Erlin Indaya Ningsih, M.Pd,I., khususnya dan umumnya keluarga besar IAIM Lumajang, merasa bersyukur dan senang sekali. Apalagi dengan mendapatkan kesempatan berkunjung untuk penguatan Kerjasama dalam bidang-bidang strategis lainnya pada tanggal 10 Oktober 2024 bertempat di Hall “Dewan Biduan” Kampus Seremban Cawangan Negeri Sembilan Malaysia.

Sebagai perguruan tinggi yang masih tergolong muda dan secara geografis jauh berada dilokasi Kabupaten yang jauh dari Ibu Kota Provinsi (Surabaya; red), tentu kemitraan dengan Perguruan-Perguruan Tinggi kelas Asia Tenggara semacam UiTM, memunculkan optimisme dan mimpi menjadikan IAIM Lumajang sebagai kampus rujukan dalam penguasaan disiplin ilmu pengetahuan (science) Interdisipliner di masa-masa akan datang dengan dasar nilai-nilai Pondok Pesantren dan Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Semoga…!

Artikel Terkait

Artikel Terbaru