Surabaya, 4 November 2025- Institut Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang turut berpartisipasi dalam Muktamar Ilmu Mantiq yang digelar oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya dengan Tema “Revitalisasi Mantiq dengan Critical Thinking untuk menangkal disrupsi digital keagamaan dan sosial di Indonesia”. Di tengah derasnya arus disrupsi digital UIN Sunan Ampel berkomitmen untuk terus memperkuat tradisi intelektual Islam mengintegrasikan logika islam klasik dengan critical thinking modern guna membangun nalar literasi di era digital. Ketua pelaksana muktamar sekaligus ketua prodi Aqidah dan Filsafat Islam Dr. Fikri Mahzumi, S.Hum, M.Fil.I.
Acara bergengsi ini bertempat di Lantai 9 Twin Tower Gedung Tengku Ismail Yakub, Jl. A. Yani 117, Surabaya, mulai pukul 08.00–16.00 WIB yang dibagi dalam dua sesi. Peserta yang hadir 130 orang dari lembaga pondok pesantren hingga perguruan tinggi Islam. Acara dibuka dengan keynote speaker Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., PhD. Dalam sambutannya, Prof Muzakki mengapreasi dengan bangga acara muktamar ilmu mantiq. “Jangan mengaku Universitas Islam jika ilmu keislaman masih stagnan, produksi ilmu mantiq masih sangat jarang dibanding ilmu fiqih yang melesat. Oleh karena itu, kami menggelar muktamar tsanawi perdana tahun ini yang saya juluki ihya’ ulumiddin versi UINSA, yaitu muktamar ilmu hadits, ilmu mantiq dan ilmu qiro’at yang digerakkan oleh Fakultas Aqidah dan Filsafat Islam, muktamar ilmu mawarist di Fakultas Syari’ah dan muktamar ilmu ‘arudh di Fakultas Adab. Tahun depan in syaa Allah tidak hanya dalam bentuk muktamar tapi diawali dengan musabaqah, ma’radh kemudian dilanjutkan muktamar” Ujar Prof Muzakki

Setelah pembukaan oleh rektor UINSA, dilanjutkan sambutan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof. Abdul Kadir Riyadi, Ph.D “Acara ini ialah komitmen bersama untuk ilmu keislaman dengan menggandeng pesantren, Ma’had Aly, PTKIS atau PTKIN juga para generasi untuk membangun minat dan kecintaan pada ilmu keislaman khususnya mantiq.” Kata Prof Kadir Dalam pungkasnya beliau mengutip maqolah من لم يعرف علم المنطق لا ينطق
Pemaparan sesi pertama materi disampaikan oleh Dr. Ach. Dhofir Zuhry, M.Fil.I (Pakar Logika & Pengasuh Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, IG: @achdhofirzuhry) dengan tema Etika dan Moderasi Berbasis Logika dalam Komunikasi Keagamaan Digital “. Materi kedua dijelaskan oleh Dr. M. Helmi Umam, M.Hum (Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya) dengan tema” Model Riset Kritis Berbasis Digital Humanities”. Sesi pertama dimoderatori oleh Imam Fawaid, S.Ag. Dibuka 2 penanya dan salah satunya ialah delegasi IAIM Lumajang Muh Gufron Hidayatullah, S.H., M.Ag, sebelum menanyakan kepada narasumber memberikan tanggapan kritis bahwasanya ilmu mantiq sejatinya tidak hilang, tapi perlu dibendung karena sudah banyak diselewengkan dengan pemahaman yang ilegal. Sesi diskusi berjalan penuh antusias para peserta.

Selanjutnya pada sesi kedua materi disampaikan oleh narasumber Habib Dr. Zainal Abidin Mohammad Baqer Assegaf, M.A (Pakar Mantiq & Pengasuh Pondok Pesantren Masalikul Huda Tulungagung, IG: @habibalibaqerassegaf) dipandu oleh Moderator Ustadz Hidayat, S.Ag. Tema materi yang dipaparkan Habib Ali Baqer panggilan akrabnya berjudul “Ahammiyatul Mantiq fi Turatsil Islamiy wa Dauruhu fi tau’iyatil Insan”. Habib Ali mengupas beberapa kitab mantiq salah satunya Nadzom Sullam Munawrog karya Abu Zaid Abdurrahman Al-Akhdari. Dalam gagasannya Habib Ali Baqer menyampaikan pentingnya di zaman digital ini menyampaikan kebenaran. Kalau ingin menjadi ahli mantiq maka harus berbicara/ menggunakan Qowaid Kalamiyah/Mantiqiyah/ Falsafi. Pengalaman kepakaran habib Ali yang mempelajari Ilmu Mantiq dengan tinggal selama 2 tahun mempraktekkan Qowaid Mantiqiyah, pengalaman pembelajaran sangat diperlukan dan tidak ada yang diperoleh secara instant.


Pada sesi kedua ini, delegasi IAIM Lumajang Muh Gufron Hidayatullah, S.H, M.Ag juga menanyakan terkait materi yang disampaikan oleh Habib Ali. Diskusi berjalan dengan sangat antusias walaupun sesi kedua tidak tergambar raut lelah dari para peserta. Ustadz Gufron mengkritisi bagaimana seharusnya saat menerapkan ilmu mantiq dalam menjadi seorang suami misalnya, pengalamannya saat bertikai dengan istri hanya diam tanpa respon, lalu muncul kritik dari istri untuk sami’na wa tafakkarna tidak hanya sami’na wa atho’na. Habib Ali merespon bahwasanya apa yang disampaikan oleh istrinya ialah benar, seharusnya kita sebagai manusia juga perlu menerapkan konsep sami’na wa tafakkarna kemudian atho’na. Dalam ilmu mantiq, semua manusia setara tidak ada yang lebih unggul. Pungkas Habib Ali dalam menanggapi pertanyaan Ustadz Gufron.
Di Akhir sesi, Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Dr. Fikri Mahzumi, S.Hum, M.Fil.I menyampaikan hasil rekomendasi dari muktamar ilmu mantiq perdana, bahwasanya “Hidup pada zaman di mana algoritma lebih dominan daripada kitab ulama, merevitalisasi mantiq melalui pemikiran kritis menjadi alat yang efektif untuk memerangi falasi logika digital seperti ad hominem dan generalisasi berlebihan. Muktamar ini bukan hanya forum diskusi, tetapi juga inspirasi untuk membuat kurikulum mantiq yang dapat diterapkan di perguruan tinggi dan pesantren untuk mencegah umat kita terjebak dalam ajaran agama yang dangkal. Sesuai dengan arahan Prof Muzakki dan komitmen teguh Prof Kadir, kita dapat berkolaborasi untuk menulis dan menerbitkan buku tentang ilmu mantiq berbahasa Arab dan diterbitkan di percetakan Kairo, Mesir. Semoga terlaksana dengan baik” Kata Dr. Fikri


Muktamar Ilmu Mantiq yang digelar UIN Sunan Ampel Surabaya diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam mengembangkan kapasitas akademik dengan melibatkan para tokoh penting, pengasuh pondok, ustadz ustadzah, dosen, praktisi dan juga santri dalam menghadapi tantangan digital. Partisipasi Institut Agama Islam Miftahul Ulum Lumajang dalam acara Ilmu Mantiq merupakan bukti konkret bahwasanya IAIM Lumajang kampus islam berbasis pesantren siap terlibat aktif dan mengawal revitalisasi ilmu mantiq dengan literasi digital. (Nabila N.A)

