Sabtu, Agustus 9, 2025

Belajar dan Mengabdi di Negeri Gajah Putih: Catatan KKN Internasional di Satun, Thailand

Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bukan hanya sekadar kewajiban akademik. Ia adalah ruang pengabdian yang memberi makna nyata pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya poin ketiga: pengabdian kepada masyarakat. Kini, KKN tak hanya berlangsung di desa sekitar kampus, tapi telah meluas hingga ke luar negeri. Salah satunya, KKN Internasional yang saya ikuti di Satun, Thailand, tepatnya di OB-OM School.

Kegiatan ini memberi saya pengalaman yang jauh lebih dari sekadar praktik mengajar atau berbagi pengetahuan. Ia membuka mata saya tentang dinamika sosial dan budaya masyarakat lintas negara. Hidup di tengah masyarakat dengan bahasa dan kebiasaan yang berbeda menuntut saya untuk cepat beradaptasi, belajar lebih banyak, dan tentu saja—mencoba memahami dunia dari perspektif yang berbeda.

Thailand Selatan memiliki nuansa budaya yang unik, di mana nilai-nilai keislaman menyatu erat dengan kehidupan masyarakat lokal. Di lingkungan OB-OM School, saya tak hanya belajar menjadi pengajar, tapi juga menjadi pembelajar. Anak-anak yang saya ajar menjadi cermin semangat belajar lintas batas, dan para guru di sana menjadi teladan dalam dedikasi dan kesederhanaan.

Tantangan tentu ada. Mulai dari keterbatasan bahasa, perbedaan sistem pendidikan, hingga adaptasi dengan makanan dan cuaca. Tapi semua itu menjadi pengalaman yang membentuk mental, memperkuat karakter, dan memperkaya wawasan saya sebagai mahasiswa.

KKN Internasional bukan sekadar “pengabdian di luar negeri”, tetapi jembatan yang menghubungkan ilmu dengan realitas global, membentuk kepekaan sosial lintas budaya, dan membekali kami mahasiswa Indonesia dengan perspektif yang lebih luas untuk menghadapi dunia yang semakin terbuka.

Di era globalisasi ini, kemampuan berinteraksi lintas budaya menjadi salah satu kompetensi penting. Melalui kegiatan ini, saya belajar banyak hal yang tidak tertulis di buku, mulai dari etika sosial masyarakat lokal, manajemen kegiatan lintas bahasa, hingga pentingnya empati dan sikap terbuka terhadap perbedaan.

Saya juga merasa memikul tanggung jawab sebagai representasi kampus dan bangsa. Setiap interaksi saya dengan masyarakat setempat adalah cermin dari pendidikan yang saya terima di IAIM Lumajang. Maka, saya berusaha menampilkan sikap terbaik, tidak hanya dalam aktivitas formal, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, pengalaman ini membuat saya semakin sadar bahwa menjadi insan akademik tidak hanya soal nilai di kelas, tetapi bagaimana kita mampu memberi manfaat dimanapun kaki ini berpijak. Dan bagi saya, Satun bukan hanya tempat singgah sementara, melainkan ruang belajar yang akan terus saya kenang dan saya bawa dalam setiap langkah ke depan.

Yusuf Maulana, Mahasiswa KKN International Tahun 2025 Semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa Arab- Fakultas Tarbiyah, IAIM Lumajang

Artikel Terkait

Artikel Terbaru